Cerita ini sebenarnya agak mundur
ya dari post sebelumnya. Kalau post di Bandung setelah lebaran, post ini
sebelum lebaran alias pas lagi puasa. Jadi awalnya bermula dari chat saya
dengan seorang teman lama saya. Awalnya ia iseng mengajak saya untuk datang ke
ArtJog. Berhubung sedang libur kuliah langsung saja saya iyakan. Kami sepakat
untuk pergi ke sana bersama seorang teman saya yang lain untuk menemui sahabat
kami. Ya, kami memang sudah bersahabat sejak SMA. Paling senang rasanya bisa
bertemu dengan teman lama sekaligus travelling. Setelah semua setuju, (seperti
biasa) saya yang akan mengatur akomodasi dan destinasi wisata, layaknya agen
travel (mungkin memang ada bakat? hehe). Browsing mengenai perjalanan wisata tentu
lebih menyenangkan dibandingkan dengan browsing jurnal hehe.
Hari itu, 27 Juni 2015, kami berkumpul
di Stasiun Bekasi untuk menuju Stasiun Senen. Ya, untuk mahasiswi seperti kami
tentunya menggunakan kereta api kelas ekonomi jauh lebih murah jika
dibandingkan kelas lainnya. Tapi harga yang kami dapat untuk tiket ini memang
terbilang cukup mahal karena kami memesannya di waktu yang cukup dekat. Saat
itu tiket menuju Stasiun Tugu Jogja yakni Rp. 165.000,00. Begitu pula dengan
tiket pulang. Perjalanan selama kurang lebih 8 jam kami tempuh dan akhirnya
kami tiba di Jogja.
 |
Jalan Malioboro |
Edu Hostel
Ini adalah penginapan kami selama
bermalam di Jogja. Edu Hostel ini terbilang unik, kenapa? Karena konsep yang
dibawa disini layaknya asrama, sekamar dengan orang yang tidak kita kenal.
Awalnya agak takut sih, tapi melihat harga yang ditawarkan cukup oke, yakni Rp.
80.000,00 per malam untuk tiap orang dengan fasilitas yang oke pula, maka saya
pun booking. Satu kamar ini maksimal berisi 6 orang. Untuk laki-laki dan
perempuan pun dipisah lantainya. Nah ini yang saya cari, keamanan meskipun di
sini yang tinggal laki-laki dan perempuan. Begitu masuk kamar, kamarnya bersih
sekali. Tentu saja, karena kamar ini dibersihkan tiap harinya oleh sang CS. Di
dalam kamar ini, kamar mandi dan toilet dipisah. Bahkan di dalam kamar mandinya
juga terdapat dua shower. Masing-masing dari kita juga mendapat loker, sehingga
meskipun sekamar dengan orang yang tidak dikenal, kita juga dapat tetap menjaga
privasi. Fasilitas apa lagi yang kita dapat? Seperti penginapan pada umumnya,
di sini kita akan mendapatkan pinjaman handuk, selimut dan tiket sarapan (dapat
diganti menjadi sahur). Asyiknya lagi, di sini terdapat wifi dan rooftop yang
dapat kita kunjungi untuk menikmati santapan sembari melihat pemandangan dari
atas. Pelayanan disini juga memuaskan, bahkan sepertinya tempat ini cukup
terkenal di kalangan wisatawan mancanegara. Ketika saya melakukan check-in
banyak sekali bule yang sedang memesan kamar. Saya rasa tempat ini dapat
menjadi salah satu tujuan penginapan selama travelling di Jogja karena letaknya
yang juga dekat dengan pusat kota Jogja. Lebih lengkapnya silahkan dilihat di http://www.eduhostels.com/
 |
Menikmati Pagi di Rooftop |
 |
Meja Rooftop Edu Hostel |
ArtJog
ArtJog merupakan sebuah wadah
bagi para penggarap seni untuk dapat unjuk gigi terhadap hasil karyanya.
Pameran seni ini diikuti oleh banyak seniman, baik dari seniman muda maupun
papan atas, bahkan internasional. Maka tak mengherankan apabila ArtJog ini juga
disebut-sebut sebagai pameran seni terbesar se-Asia Tenggara.
Pagelaran ArtJog ke-8 ini membawa
tema ‘Infinity in Flux’. Tema ini diwakili dengan simbol angka ‘8’ yang berarti
Fluxus atau secara harfiah aliran. Fluxus sendiri adalah jaringan internasional
yang terdiri dari seniman, komposer dan desainer yang menggabungkan beragam
media dan disiplin artistik. Sebuah gerakan anti-seni yang menghilangkan batas
antara penonton dan karya. Salah satu seniman Fluxus yang turut berpartisipasi
dalam acara ini adalah Yoko Ono.
Kebetulan saya dan teman-teman
datang di hari terakhir pameran ArtJog digelar. Kami pun tiba di Taman Budaya Yogyakarta sebelum
jam 9 untuk menghindari pengunjung yang padat. Biaya masuk ArtJog sebesarRp.
50.000,00 per orang. Namun karena kami semua pelajar, maka harga yang berlaku
menjadi Rp. 25.000,00 per orang. Di dalam sini penggunaan tongsis dilarang.
Selain agar meminimalisir rusaknya karya, juga demi kenyamanan bersama. Setiap
pengunjung akan diberikan secarik kertas khusus untuk menuliskan harapan dan
menggantungkannya pada sebuah pohon. Ide ini merupakan hasil karya Yoko Ono
dengan judul ‘Wish Tree’. Karyanya kali ini melibatkan para pengunjung untuk
dapat berinterkasi langsung dengan karya sang kurator. Inilah yang dimaksud
Fluxus. Itu masih satu dari sekian banyak karya seni yang membuat kita terkagum
dan tertarik untuk mencoba berinteraksi langsung. Misalnya saja ada sepeda yang
apabila kita kayuh akan membuat lampu-lampu yang menggantung menyala. Sederhana
memang, namun sepeda didesain semenarik mungkin. Lalu ada pula karya yang mampu
memainkan alat musik secara otomatis apabila kita menginjak pedal yang ada. Ada
pula bola mata yang mampu mengikuti arah gerakan kita. Di sini kita juga dapat
menemukan laboratorium yang berisi banyak daun. Dan masih banyak lagi lainnya!
Saya rasa perlu satu hari penuh untuk dapat betul-betul menikmati setiap karya
seni yang ada di ArtJog ini. Tapi berhubung waktu kami tidak banyak, apa daya
beberapa karya hanya dapat dinikmati sekejap mata.
 |
Menulis Wish Tree |
 |
With my ex-classmate in my favorite spot |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar