Sabtu, 08 Agustus 2015

Ngabuburit: Kota Gudeg (Jogja) Part I

Cerita ini sebenarnya agak mundur ya dari post sebelumnya. Kalau post di Bandung setelah lebaran, post ini sebelum lebaran alias pas lagi puasa. Jadi awalnya bermula dari chat saya dengan seorang teman lama saya. Awalnya ia iseng mengajak saya untuk datang ke ArtJog. Berhubung sedang libur kuliah langsung saja saya iyakan. Kami sepakat untuk pergi ke sana bersama seorang teman saya yang lain untuk menemui sahabat kami. Ya, kami memang sudah bersahabat sejak SMA. Paling senang rasanya bisa bertemu dengan teman lama sekaligus travelling. Setelah semua setuju, (seperti biasa) saya yang akan mengatur akomodasi dan destinasi wisata, layaknya agen travel (mungkin memang ada bakat? hehe). Browsing mengenai perjalanan wisata tentu lebih menyenangkan dibandingkan dengan browsing jurnal hehe.

Hari itu, 27 Juni 2015, kami berkumpul di Stasiun Bekasi untuk menuju Stasiun Senen. Ya, untuk mahasiswi seperti kami tentunya menggunakan kereta api kelas ekonomi jauh lebih murah jika dibandingkan kelas lainnya. Tapi harga yang kami dapat untuk tiket ini memang terbilang cukup mahal karena kami memesannya di waktu yang cukup dekat. Saat itu tiket menuju Stasiun Tugu Jogja yakni Rp. 165.000,00. Begitu pula dengan tiket pulang. Perjalanan selama kurang lebih 8 jam kami tempuh dan akhirnya kami tiba di Jogja.

Jalan Malioboro

Edu Hostel

Ini adalah penginapan kami selama bermalam di Jogja. Edu Hostel ini terbilang unik, kenapa? Karena konsep yang dibawa disini layaknya asrama, sekamar dengan orang yang tidak kita kenal. Awalnya agak takut sih, tapi melihat harga yang ditawarkan cukup oke, yakni Rp. 80.000,00 per malam untuk tiap orang dengan fasilitas yang oke pula, maka saya pun booking. Satu kamar ini maksimal berisi 6 orang. Untuk laki-laki dan perempuan pun dipisah lantainya. Nah ini yang saya cari, keamanan meskipun di sini yang tinggal laki-laki dan perempuan. Begitu masuk kamar, kamarnya bersih sekali. Tentu saja, karena kamar ini dibersihkan tiap harinya oleh sang CS. Di dalam kamar ini, kamar mandi dan toilet dipisah. Bahkan di dalam kamar mandinya juga terdapat dua shower. Masing-masing dari kita juga mendapat loker, sehingga meskipun sekamar dengan orang yang tidak dikenal, kita juga dapat tetap menjaga privasi. Fasilitas apa lagi yang kita dapat? Seperti penginapan pada umumnya, di sini kita akan mendapatkan pinjaman handuk, selimut dan tiket sarapan (dapat diganti menjadi sahur). Asyiknya lagi, di sini terdapat wifi dan rooftop yang dapat kita kunjungi untuk menikmati santapan sembari melihat pemandangan dari atas. Pelayanan disini juga memuaskan, bahkan sepertinya tempat ini cukup terkenal di kalangan wisatawan mancanegara. Ketika saya melakukan check-in banyak sekali bule yang sedang memesan kamar. Saya rasa tempat ini dapat menjadi salah satu tujuan penginapan selama travelling di Jogja karena letaknya yang juga dekat dengan pusat kota Jogja. Lebih lengkapnya silahkan dilihat di http://www.eduhostels.com/

Menikmati Pagi di Rooftop


Meja Rooftop Edu Hostel

ArtJog

ArtJog merupakan sebuah wadah bagi para penggarap seni untuk dapat unjuk gigi terhadap hasil karyanya. Pameran seni ini diikuti oleh banyak seniman, baik dari seniman muda maupun papan atas, bahkan internasional. Maka tak mengherankan apabila ArtJog ini juga disebut-sebut sebagai pameran seni terbesar se-Asia Tenggara.

Pagelaran ArtJog ke-8 ini membawa tema ‘Infinity in Flux’. Tema ini diwakili dengan simbol angka ‘8’ yang berarti Fluxus atau secara harfiah aliran. Fluxus sendiri adalah jaringan internasional yang terdiri dari seniman, komposer dan desainer yang menggabungkan beragam media dan disiplin artistik. Sebuah gerakan anti-seni yang menghilangkan batas antara penonton dan karya. Salah satu seniman Fluxus yang turut berpartisipasi dalam acara ini adalah Yoko Ono.

Kebetulan saya dan teman-teman datang di hari terakhir pameran ArtJog digelar. Kami pun tiba di Taman Budaya Yogyakarta sebelum jam 9 untuk menghindari pengunjung yang padat. Biaya masuk ArtJog sebesarRp. 50.000,00 per orang. Namun karena kami semua pelajar, maka harga yang berlaku menjadi Rp. 25.000,00 per orang. Di dalam sini penggunaan tongsis dilarang. Selain agar meminimalisir rusaknya karya, juga demi kenyamanan bersama. Setiap pengunjung akan diberikan secarik kertas khusus untuk menuliskan harapan dan menggantungkannya pada sebuah pohon. Ide ini merupakan hasil karya Yoko Ono dengan judul ‘Wish Tree’. Karyanya kali ini melibatkan para pengunjung untuk dapat berinterkasi langsung dengan karya sang kurator. Inilah yang dimaksud Fluxus. Itu masih satu dari sekian banyak karya seni yang membuat kita terkagum dan tertarik untuk mencoba berinteraksi langsung. Misalnya saja ada sepeda yang apabila kita kayuh akan membuat lampu-lampu yang menggantung menyala. Sederhana memang, namun sepeda didesain semenarik mungkin. Lalu ada pula karya yang mampu memainkan alat musik secara otomatis apabila kita menginjak pedal yang ada. Ada pula bola mata yang mampu mengikuti arah gerakan kita. Di sini kita juga dapat menemukan laboratorium yang berisi banyak daun. Dan masih banyak lagi lainnya! Saya rasa perlu satu hari penuh untuk dapat betul-betul menikmati setiap karya seni yang ada di ArtJog ini. Tapi berhubung waktu kami tidak banyak, apa daya beberapa karya hanya dapat dinikmati sekejap mata.

Menulis Wish Tree

With my ex-classmate in my favorite spot

Sepeda Kayuh

Beberapa karya seni lainnya

Mata yang Mengikuti

Wearing a Unique Glasses

Happy to Visit ArtJog :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar